Pages

Wednesday, 8 January 2014

“Karena Rintangan Ada Untuk Dikalahkan, Bukan Dimakan.”

“Karena Rintangan Ada Untuk Dikalahkan, Bukan Dimakan.”

”.. Ketika kamu sedang diuji, barangkali Allah sedang menyiapkan Hadiah. Atau mungkin, kamu sedang lupa dengan keberadaan Allah."

Ini cerita tentang temanku si L. Dia mahasiswi UGM 2012. Soal jurusan,maaf, Dia tidak mengizinkanku u/ menyebutkan. ^^

Mungkin cerita ini agak mirip dengan suatu cerita ttg mahasiswi UGM juga. Sama. Tapi ini real cerita tentang L. Kisah nyata. Jadi maaf jika terjadi kesamaan cerita. Tapi, orang-orang hebat ada pada sejarah dan perjuangan yang sama.

L ini cerita sama Ris, kalau dia bukan dari orang berada. Ayahnya merupakan seorang serabutan dan Ibunya berjualan sayur dipasar setiap pagi. Untuk membayar sekolah, Ayahnya banting tulang siang malam. Dia bilang dia bersyukur, Ayah masih diberi rezeki untuk dia bisa sekolah. Untuk Ayah L, pendidikan nomor 1 dikeluarganya. Ayahnya selalu bilang;

"Kalau ayah goblok, kamu harus pintar. Jangan seperti Ayah."

Perjuangan Ayah L sampai pada titik dimana Beliau terkena musibah dan pada akhirnya tidak bisa bekerja serabutan lagi. L sempat tidak mau sekolah, L berfikir darimana ia bisa dapatkan uang untuk melanjutkan kuliah, sementara penghasilan hanya dari Ibu? Suatu hari, L bicara pada Ibunya;

"Buk, mbak ga usah sekolah lagi ya. Mbak bantu ibu di pasar aja, jualan. Biar adhik aja yg sekolah."

Lalu Ibu marah besar, katanya, Ibu langsung memeluk L sambil menangis;

"Nduk, kamu belajar yang benar. Masalah uang, biar ibu yg urus. Rezeki setiap anak sudah di atur ku Gusti Allah,nduk. Kalau kamu memang niat untuk sekolah yg tinggi, rezekimu akan datang sendiri."

Pembicaraan mengharukan di hari itu, membuat L berubah pikiran. L akan sekolah yg tinggi, selanjutnya, biar ia yg mencari uang dgn “Ilmu"nya.

Sekolah ternyata tidak mudah. L harus pintar-pintar membagi waktu antara membantu Ibu di pasar, mengurusi Ayahnya, dan jg belajar. Kegiatan itu berlangsung sampai pada titik puncak ketika seorang tetangganya bertanya;

"kamu mau ibu carikan kerja? Ibu punya kenalan."

L; “Matur suwun,buk. Aku ingin kuliah dulu,buk."

Tetangganya; “memang kamu punya biaya drmn untuk kuliah? ayahmu saja pengangguran."

“Perkataan itu terdengar oleh Ayah, dan Ayah menampar Ibu itu. Ris, disitu, aku merasa terhina sekali. Ingin aku tampar ibu itu juga. Tapi.. Kata Ayah waktu itu, Kalau ada yang menghina keadaanku, boleh aku tampar. Bukan dengan tangan, Tapi dengan keSuksesan.” Ujar L.

*biar tidak ribet, aku ganti L dengan “Aku”.*

Darisitu aku mati-matian belajar. Dengan modal buku pinjaman dan soal-soal bekas dari kakak kelasku. Aku sama sekali tdk menyerah. Disaat semua orang sibuk mencari Bimbingan Belajar, aku diam di rumah, mengurus Ayah. Ingin rasanya aku ikut Bimbel,jika ingat aku ini bodoh.

"Jika lihat Ayah, tak kuasa rasanya aku meminta uang hanya untuk ego-ku sendiri. Mau Bimbel. Ga. Aku bisa, tanpa Bimbel." kata si L.

Aku ga kehilangan cara. Ada seribu cara menuju Roma. Ada seribu cara untuk sampai di kesuksesan. Aku tempuh, meski aku lelah. Lelah sekali. Alhamdulillah, aku diberi Allah teman-teman yang sangat mengerti aku. Aku sering ikut mereka belajar, lewat buku-buku soal punya mereka. Kalau teman-temanku mengikuti Tryout, sering aku Fotocopy soal dan aku kerjakan sendiri di rumah. Tak jarang, aku ke warnet buat cari materi. Warnet sih wkt itu masih 4rb/jam. Jadi sejam, dengan sisa uang sakuku tiap hari, aku cari-cari materi. Gapake twitteran tapinya haha.

"Kalau dikasih waktu sama Allah buat Usaha, ya Usaha. Jangan disambi-sambi sama Main-main. Mau usaha, apa mau main-main?" kata si L.

Sampai pada akhirnya, seorang temanku memberitahu bahwa sekolah mendaftarkan aku di Bidik Misi. Lalu, di panggillah aku oleh Kepala Sekolah.

"Mau sekolah dimana, L?" | Aku: “UGM,pak." | “Wah,apa gak ketinggian kepengenmu kuliah disana? Prestasi sekolahmu loh, biasa-biasa saja."

Lagi-lagi, aku diremehkan. Aku tau, imanku sedang di uji sama Allah. Aku hampir menangis ditempat sampai aku minta izin ke kamar kecil. Setelah pembicaraan kepala sekolah itu, aku makin belajar tak kenal henti. Aku terus-terus berusaha, agar aku, tidak lagi diremehkan.

Lalu… Ujian itu datang lagi. Namaku, bahkan, tidak tercantum pada Calon penerima jalur Undangan. Sedih memang, tapi aku tahu, aku ga pernah dapet rengking. Aku iseng bertanya pada kepala sekolahku kenapa aku tak tercantum. Jawabannya;

"Bapak takut km tambah sedih kl nnti km ga lolos UGM."

Lagi? Lagi. Lagi-lagi aku diremehkan.

Berbulan-bulan, satu persatu teman-temanku lolos di Undangan. Mentalku makin diuji. Aku semakin bertanya; “Apa aku mampu?". Tapi setiap aku melihat Bapak, aku selalu menangis. Aku tak punya hak untuk menyerah. Bapak sudah membesarkanku sampai segede ini.. .. Bapak tak pernah menyerah untuk memberikan yg terbaik untukku, Lalu, kenapa aku harus menyerah untuk memberikan Bapak yg terbaik?

Belajarku diketatkan. Aku belajar sepulang dari pasar, sekitar jam 4 sore. Setelah selesai mengurusi adik&bapak, seusai magrib, aku belajar. Aku belajar,kadang, sampai jarang makan. Sampai ibuk mengingatkan;

"Sudah jam 11 malam,nduk. Shalat isya dulu, lalu tidur. Istirahatlah."

Sering aku meng-iya-kan omongan Ibu. Tapi, setelah mendengar ibu mengorok, aku nyalakan lampu dan kembali belajar. Wuehehe. Aku tahu, mungkin Aku Tak Tahu Diri. Tapi aku terus melaju, dengan restu Bapak dan Ibuk. Kekuatanku hanya ada pada Bapak dan Ibuk.

Sampai detik-detik menuju SNMPTN Tulis, aku baru sadar bahwa aku tak punya pensil 2B. Pensilku cuma sisa sejari manis. Aku juga tak punya papan dada. Penghapusku saja kalah kecil dengan ukuran bakso digang depan rumah. Bagaimana ini.. Aku panik. Lalu aku ingat, aku punya celengan ayam. Aku ingat, aku isi celengan itu untuk membeli baju untuk Ibuk ulangtahun bulan Juli nanti.

Waktu itu, aku memecahkan celenganku dengan tangis. Sedih memang, padahal aku sudah kumpulkan uang itu dari beberapa bulan yg lalu. Lalu setelah kukumpulkan recehan demi recehan, aku pergi ke toko buku dan membeli apa-apa saja yg harus aku punya untuk Ujian.

Paginya, SNMPTN Tulispun tiba. Dengan berbekal mencium kaki Ibuk sebelum pergi, aku pergi menuju tempat ujian, dengan jalan kaki.

"Aku ga kepengaruh sama kunci jawaban yg keluar setelah SNMPTN selesai. Lha wong, aku percaya Allah. Bukan kunci jawaban." kata si L.

Sempat memang temanku periksa jawaban SNMPTN-ku, dan….. Dia beritahu aku, bahwa salah satu pelajaranku nilainya minus dan aku tdk lolos.

Ris tanya; “Ga lolos UGM?" | L jawab; “Ga lolos semuanya. Kata si Kunci Jawaban."

Kata Bapak, orang bijak itu, ketika dilanda hal seperti itu, Bukan malah menyerah dan Pesimis. Perkencang ibadah. Allah Maha Penolong. Kunci Jawaban kan buatan Manusia, sementara Manusia ciptaan Allah. Jadi, Allah yang mengatur semuanya,kan? 

Dibilang kepedean & Dibilang ga tau diri, iya. Tapi, kalau kita tidak percaya pada diri sendiri, pada siapa lagi? Toh usaha udah mati-matian. Selama aku menunggu pengumuman, aku ga pernah mikirin hasil. Yang penting, aku sudah lakukan yg terbaik. Skg, aku mengabdi lagi pada Ibuk. Selama menunggu pengumuman, aku kembali membantu Ibuk di pasar. Mengurusi Ayah di rumah, juga mengajari adik-adikku yg akan naik kelas.

“Cobaan tak berhenti bertemu denganku, Ris. 2 hari sebelum pengumuman, ibuk ditabrak motor di pasar. Ibuk masuk rumah sakit..” Kata si L.

Aku menunggui ibuk selama 2 hari itu bersama bapak. Aku bolak-balik RS-Rumah, aku jg mengurusi adik-adikku dirumah. Aku bahkan lupa bahwa tanggal 6 itu penguman SNMPTN Tulis.

Sampai seorang teman baikku datang kerumahku sambil menangis..

Teman baikku ini tahu nomor pendaftaran bidik misiku, jadi dia membukakan hasil SNMPTN Tulisku lewat laptopnya. Dia menangis.. memeluk.

"Selamat, L.. Kerja kerasmu terbayar sudah. Ibuk dan Bapak pasti bangga padamu. Kau akan pergi ke Jogja!" ujar teman L tiba-tiba.

Aku ikut menangis. Aku bingung. Apa yang dia maksud. Ketika aku membuka layar laptop, aku tertegun dan seketika menangis kencang sekali.. Lalu aku dan teman baikku langsung pergi ke rumah sakit untuk menunjukkan apa yang aku lihat di layar, untuk Ibuk.

Waktu aku perlihatkan apa yang ada dilayar, Ibuk dan Bapak memelukku haru. Dilayar itu tertera tulisan; “Selamat", “UGM" dan Namaku.

Aku langsung bilang sama Ibuk;

"Ibuk, selamat ulang tahun. Mbak hanya bisa berikan pengumuman ini untuk Ibuk,hadiah ulang tahun ibuk."

Langsung juga kupeluk Bapak.

"Bapak, terimakasih doanya setiap tahajud Bapak. Mbak sudah bisa menampar tetangga itu dengan UGM,pak."

Diakhir percakapan via ym Ris dan si L, dia bilang; “Sungguh, apalagi yg paling mengharukan selain di stasiun. Saat Bapak peluk aku.".

Waktu diakhir, Ris tanya apa Motivasi L mau menceritakan kisah “perih"nya. Dia cuma jawab; ..

"Aku cuma ingin menyampaikan. Jangan sia-siakan apa yg ada di hidup kamu sekarang. Hidup itu bukan sekedar seperti membuat Mie Instant."

"Bersyukurlah, jika Ibu dan Bapak-mu masih bisa membiayaimu. Jangan kau katakan kau tak punya apa-apa. Coba lihat, buku soalmu. Menumpuk."

"Jangan pernah berfikir kamu tidak mampu. Setidak-tidak mampumu, masih ada Allah. Berusahalah dulu, lalu serahkan pada Allah."

"Jangan mengeluh. Karena mengeluh berarti kamu tidak bersyukur atas nikmat Allah. Allah tidak suka dengan umatNya yg senang mengeluh."

"Hidup itu sudah susah. Sesusah-susah-nya kamu, jangan punya hobi bikin hidup makin susah. Tinggal Usaha, apa susahnya?"

"dan, jangan pernah berkata sekalipun kamu takut Gagal. Ucapan adalah Doa. Berdoa saja yang baik-baik. Apa susahnya? God never sleep,kan?"

No comments:

Post a Comment

berikan kata kata indahmu disini kawan :)